TUGAS KELOMPOK BAHASA INDONESIA
SMA NEGERI 1 GADINGREJO
MENULIS KARYA ILMIAH
OLEH :
AHMAD ABDI AZHARI
FATONI UBET CHOIRI
HENDY PRASETYO
M. AFIF ASYAFIQ
SRI KRINSA WISNU WARDHANA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup
bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan.
Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis,
kreatif, dan produktif.
Dalam
UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas.
Untuk mencapai bangsa yang cerdas, dan berkarakter harus diterapkan sejak masa
sekolah di sekolah menengah pertama. Peran seorang guru dari sikap mengajar
dapat menjadi cara-cara alternatif untuk membentuk karakter para muridnya.
Sikap dan prilaku yang baik serta kedisiplinan juga berperan penting dalam
membentuk karakter sisiwa.
Pembatasan masalah
Untuk
memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada
masalah :
Pendidikan
Karakter di Sekolah Menengah Atas
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana peran guru dalam
membentuk karakter siswa
2. Hasil apa yang diharapkan dengan menerapkan pendidikan
karakter bagi siswa
Tujuan penelitian
1. Mendiskripsikan dan mengetahui secara mendalam proses
perencanaan pendidikan karakter di sekolah menengah atas
2. Mendiskripsikan
dan mengetahui secara mendalam proses evaluasi pendidikan karakter di sekolah
menengah atas
Manfaat penulisan
1. Agar pembaca mengerti manfaat pentingnya pendidikan karakter
bagi sekolah menengah atas
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
Teori klasik
Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality”
atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang
menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,
tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1.
Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang
suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2.
Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan
hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan
social dan bersenang-senang.
3.
Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka
bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara
yang enak, menyukai hal yang pasti.
4.
Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan
hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan
rutin sangat disukai.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang
punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari
ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang
tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah
yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi
“iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil
kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang
pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan
kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi. Mudah
ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya
dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan
karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan
instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk
bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus.
Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan
mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian
dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu
dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli
dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan
secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang
tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat
diubah lagi seperti sidik jari.
BAB III
METODOLOGI
Survei terhadap prilaku guru dalam
membentuk karakter siswa dalam mengajar
1.
Pendahuluan
a. Guru
datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru
mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas
(contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa
sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek
kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan
siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh
nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan
bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin)
g. Menegur
siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli)
2.
Kegiatan inti
a. Eksplorasi
(peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan
mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
1) Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya
interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli
lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa
percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi
(peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta
didik lebih luas dan dalam.)
1) Membiasakan peserta didik membaca
dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna (contoh
nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif,
percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai
yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh
nilai yang ditanamkan:
jujur, bertanggung jawab, percaya
diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi
(peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau
keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperoleh oleh siswa)
1) Memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh
nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
(contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk
lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara
lain dengan guru:
a) berfungsi sebagai narasumber dan
fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan:
peduli, santun)
b) membantu menyelesaikan masalah
(contoh nilai yang ditanamkan: peduli)
c) memberi acuan agar peserta didik
dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan:
kritis)
d) memberi informasi untuk
bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu)
e) memberikan motivasi kepada
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang
ditanamkan: peduli, percaya diri).
3.
Penutup
a.
bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis)
b. melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan
kekurangan)
c. memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis)
d. merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan
hasil belajar peserta didik; dan rasa percaya diri
e. menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama
Hal
ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berdasarkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral,
sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di
Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft
skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih
banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan.
Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas
dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat
dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum
(KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan
pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga
termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan
oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan
karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma
atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai
upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian
Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap
jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan
konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap
jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati
(Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development),
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa
dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi
pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1
menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal,
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal
sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan
pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam
per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu,
pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan
peserta didik.
Selama
ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan
kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan
karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif
tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan
keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media
elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu
memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga
dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik
di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat
dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Integrasi
pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan
ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu
media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik
peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan
prestasi peserta didik.
Pendidikan
karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan
sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan
di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi,
nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian,
pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan
demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah.
Pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera
dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya
secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah. Mochtar
Buchori (2007).
Tujuan
pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan
karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan
citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran
pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia
negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru,
karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini.
Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter
dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk
disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui
program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang
utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma
dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter
nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan
program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh
peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang
antara lain meliputi sebagai berikut:
- Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
- Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
- Menunjukkan sikap percaya diri
- Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.
- Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
- Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
- Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
- Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
- Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
- Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
- Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
- Menghargai karya seni dan budaya nasional.
- Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
- Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik.
- Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
- Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat, menghargai adanya perbedaan pendapat.
- Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.
- Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.
- Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.
- Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada
tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya
budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan saran
Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan
uraian bahasan “Peranan guru Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dapat
disimpulkan bahwa :
1. Peranan guru sangat menunjang prestasi pendidikan di
sekolah.
2. Peranan guru sangat penting dan harus menunjukan prilaku
yang baik disemua jenjang pendidikan.
3.Pengelolaan sekolah harus dilaksanakan sesuai dengan
tujuan dan fungsinya
0 comments:
Posting Komentar